- Back to Home »
- Awal mula perang salib
Kamis, 22 Agustus 2013
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur
dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji
mereka. Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang
merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan
tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.
LATAR BELAKANG
Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di Eropa Barat sebelumnya pada Abad Pertengahan, selain itu juga menurunnya pengaruh Kekaisaran Byzantium di timur yang disebabkan oleh gelombang baru serangan Muslim Turki. Pecahnya Kekaisaran Carolingian pada akhir Abad Ke-9, dikombinasikan dengan stabilnya perbatasan Eropa sesudah peng-Kristen-an bangsa-bangsa Viking, Slavia, dan Magyar,
telah membuat kelas petarung bersenjata yang energinya digunakan secara
salah untuk bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk setempat. Gereja berusaha untuk menekan kekerasan yang terjadi melalui gerakan-gerakan Pax Dei dan Treuga Dei. Usaha ini dinilai berhasil, akan tetapi para ksatria yang berpengalaman
selalu mencari tempat untuk menyalurkan kekuatan mereka dan kesempatan
untuk memperluas daerah kekuasaan pun menjadi semakin tidak menarik.
Pengecualiannya adalah saat terjadi Reconquista di Spanyol dan Portugal, dimana pada saat itu ksatria-ksatria dari Iberia dan pasukan lain dari beberapa tempat di Eropa bertempur melawan pasukan Moor Islam, yang sebelumnya berhasil menyerang dan menaklukan sebagian besar Semenanjung Iberia dalam kurun waktu 2 abad dan menguasainya selama kurang lebih 7 abad.
Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi kaum Kristen Iberia untuk memerangi kaum Muslim.
Paus memberikan baik restu kepausan standar maupun pengampunan bagi
siapa saja yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan
yang datang dari Kekaisaran Byzantium yang sedang terancam oleh ekspansi kaum Muslim Seljuk, menjadi perhatian semua orang di Eropa. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II.
Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium dan menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut. Hal ini dilakukan karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di Pertempuran Manzikert, yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung antara gereja Katolik Barat dengan gereja Ortodoks Timur, Alexius I
mengharapkan respon yang positif atas permohonannya. Bagaimanapun,
respon yang didapat amat besar dan hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I. Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem, setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 1078 dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Umat Kristen merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk menguasai Baitul Maqdis.
PERANG
Perang Salib I
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M dan mendirikan Kerajaan Yerusalem dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah Raymond.
Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.
Perang salib II
Kejatuhan County Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua.Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus.
Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya.
Syeikh Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang
oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir
tahun 1175 M, setelah berhasil mencegah pasukan salib untuk menguasai
Mesir. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali
Yerusalem pada tahun 1187 M, setelah beberapa bulan sebelumnya dalam Pertempuran Hittin,
Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan
Kerajaan Yerusalaem melalui taktik penguasaan daerah. Dengan demikian
berakhirlah Kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88
tahun berakhir. Sehabis Yerusalem, tinggal Tirus merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa. Tirus yang saat itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat
berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak
dua kali. Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.
Perang Salib III
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard si Hati Singa raja Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis memunculkan Perang Salib III. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda.
Pasukan Richard dan Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa -
saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa - melalui jalur darat,
melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia
karena tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip.
Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasai Siprus dan mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka
yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Philip kemudian balik
ke Perancis untuk "menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan
hanya tinggal Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak
mampu memasuki Palestina
lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada
tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib dengan
Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah.Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.
Perang Salib IV
Dua tahun setelah kematian Salahuddin berkobar perang salib keempat atas
inisiatif Paus Celestine III. Namun sesungguhnya peperangan antara
pasukan muslim dengan pasukan Kristen telah berakhir dengan usianya
perang salib ketiga. Sehingga peperangan berikutnya tidak banyak
dikenal. Pada tahun 1195 M. pasukan salib menundukkan Sicilia, kemudian
terjadi dua kali penyerangan terhadap Syria. Pasukan kristen ini
mendarat di pantai Phoenecia dan menduduki Beirut. Anak Salahuddin yang
bernama al-Adil segera rnenghalau pasukan salib. la selanjutnya
menyerang kota perlindungan pasukan salib. Mereka kemudian mencari
tempat perlindungan ke Tibinim, lantaran semakin kuatnya tekanan dari
pasukan muslim, pihak salib akhirnya menempuh inisiatif damai. Sebuah
perundingan menghasilkan kesepakatan pada tahun 1198M, bahwa peperangan
ini harus dihentikan selama tiga tahun.
Perang Salib V
Belum genap mencapai tiga tahun, Kaisar Innocent III menyatakan secara
tegas berkobarnya perang salib ke lima setelah berhasil rnenyusun
kekuatan miliier. Jenderal Richard di lnggris menolak keras untuk
bergabung dalam pasukan salib ini, sedang mayoritas penguasa Eropa
lainnya menyarnbut gembira seruan perang tersebut. Pada kesempatan ini
pasukan salib yang bergerak menuju Syria tiba-tiba mereka membelokkan
geiakannya menuju Konstantinopel. Begitu tiba di kota ini, mereka
membantai ribuan bangsa romawi baik laki-laki maupun perempuan secara
bengis dan kejam. pembantai ini berlangsung dalam beberapa hari. Jadi
pasukan muslim sama sekali tidak mengalami kerugian karena tidak
terlibat dalam peristiwa ini.
Perang salib VI
Pada tahun 613 H/1216M, Innocent III mengobarkan propaganda perang salib
ke enam. 250.000 pasukan salib, mayoritas Jerman, mendarat di Syria.
Mereka terserang wabah penyakit di wilayah pantai Syria hingga kekuatan
pasukan tinggal tersisa sebagian. Mereka kemudian bergerak menuju Mesir
dan kemudian mengepung kota Dimyat. Dari 70.000 personil, pasukan salib
berkurang lagi hingga tinggal 3.000 pasukan yang tahan dari serangkaian
wabah penyakit. Bersamaan dengin ini, datang tambahan pasukan yang
berasal dari perancis yang bergerak menuju Kairo. Narnun akibat serangan
pasukan muslim yang terus-menerus, mereka men jadi terdesak dan
terpaksa rnenempuh jalan damai. Antara keduanya tercapai kesepakatan
damai dengan syarat bahwa pasukan salib harus segera meninggalkan kota
Dimya.
Perang Salib VII
Untuk mengatasi konflik politik internal, Sultan Kamil mengadakan
perundingan kerja sarna dengan seorang jenderal Jerman yang bernarna
Frederick. Frederick bersedia membantunya rnenghadapi musuh-musuhnya
dari kalangan Bani Ayyub sendiri, sehingga Frederick nyaris menduduki
dan sekaligus berkuasa di yerusalem. Yerusalem berada di bawah kekuasaan
tentara salib sampai dengan tahun 1244 M., setelah itu kekuasaan salib
direbut oleh Malik al-shalih Najamuddi al-Ayyubi atas bantuan pasukan
Turki Khawarizmi yang berhasil meiarikan diri dari kekuasaan Jenghis
Khan.
Perang Salib VIII
Dengan direbutnya kota Yerusalern oleh Malik al- Shalih, pasukan salib
kembali menyusun penyerangan terhadap wilayah lslam. Kali ini Louis IX,
kaisar perancis, yang memimpin pasukan salib kedelapan. Mereka mendarat
di Dirnyat dengan mudah tanpa perlawanan yang beranti. Karena pada saat
itu Sultan Malikal-shalih sedang menderita sakit keras sehingga disiplin
tentara muslim merosot. Ketika pasukan Louis IX bergerak menuju ke
Kairo melalui jalur sungai Nil, mereka mengalami kesulitan lantaran arus
sungai mencapai ketinggiannya, dan mereka juga terserang oleh wabah
penyakit, sehingga kekuatan salib dengan mudah dapat dihancurkan oleh
pasukan Turan Syah, putra Ayyub.
Setelah berakhir perang salib ke delapan ini, pasukan Salib-Kristen
berkali-kali berusaha mernbalas kekalahannya, namun selalu mengalami
kegagalan.
Akibat Perang salib
Perang salib yang berlangsung lebih kurang dua abad membawa beberapa
akibat yang sangat berarti bagi perjalanan sejarah dunia. Perang salib
ini menjadi penghubung bagi bangsa Eropa mengenali dunia lslam secara
lebih dekau yang berarti kontak hubungan antara barat dan timur semakin
dekat. Kontak hubungan barat-timur ini mengawali terjadinya pertukaran
ide antara kedua wilayah tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tata
kehidupan masyarakat timur yang”maju menjadi daya dorong pertumbuhan
intelektual bangsa barat, yakni Eropa. Hal ini sangat-besar andil dan
peranannya dalam meahirkan era renaissance di Eropa.
Pasukan salib merupakan penyebar hasrat bangsa Eropa dalam bidang
perdagangan dan perniagaan terhadap bangsa-bangsa timur. Selama ini
bangsa barat tidak mengenal kemajuan pemikiran bangsa timur. Maka perang
salib ini juga membawa akibat timbulnya kegiatan penyelidikan bangsa
Eropa mengenai berbagai seni dan pengetahuan penting dan berbagai
penemuan yang teiah dikenali ditimur. Misalnya, kompas kelautan, kincir
angin, dan lain-lain, Mereka juga menyelidiki sistem pertanian, dan yang
lebih penting adalah mereka rnengenali sistem industri timur yang telah
maju. Ketika kembali ke negerinya, Eropa, mereka lantas mendirikan
sistem pemasaran barang-barang produk timur. Masyarakat barat semakin
menyadari betapa pentingnya produk-produk tersebut. Hal ini menjadikan
sernakin pesatnya pertumbuhan kegiatan perdagangan antara timur dan
barat. Kegiatan perdagangan ini semakin berkembang pesat seiring dengan
kemajuan pelayaran di laut tengah. Namun, pihak muslim yang semula
menguasai jalur pelayaran di laut tengah kehilangan supremasinya ketika
bangsa-bangsa Eropa menempuh rute pelayaran laut tengah secara bebas.
Mengapa Perang salib gagal?
Pada zaman
Perang Salib, tentara Islam tumbuh menjadi kekuasaan adidaya dunia. Mereka
mengusai perdagangan dan ilmu pengetahuan. Salah satu hal penting lainnya
adalah tentara Islam lebih bersatu dibandingkan kerajaan Eropa.
Sementara pihak
lain menuding kelemahan iman bangsa Kristen Eropa, (1) saya ingin melihat dari
sudut yang lebih duniawi. Tentara Salib berasal dari Eropa, menempuh perjalanan
jauh hingga ke Timur Tengah. Saat itu, transportasi tidak sebagus sekarang. Korban
jatuh dengan cepat selama perjalanan, entah karena kelelahan atau kecapaian.
Medan pertempuran juga berbeda. Medan Eropa berupa hutan di mana kuda adalah
suatu keuntungan sementara di Timur Tengah, medan perang berupa padang pasir
panas di mana unta adalah keuntungan. Belum lagi peristiwa bodoh tenggelamnya
Kaisar Barbarossa. Ini menandakan Tentara Salib tidak menguasai medan dengan
baik. Sistem logistik belum berkembang. Tentara Salib bertempur dengan baju
zirah yang cocok di udara sejuk Eropa tetapi baju perang tentara Islam yang
simpel terbukti lebih cocok untuk udara gurun. Sering terjadi perdebatan
kekuasaan antara pemimpin Tentara Salib yang baru datang dengan penguasa
Kerajaan Salib yang sudah ada duluan. Ini disebabkan karena kerajaan Kristen
Eropa bukan suatu kerajaan tunggal sehingga persaingan kuasa terjadi. Belum
lagi, kudeta dan perang yang terjadi di daerah asal sementara sang raja
berperang di Timur Tengah. Semua hal ini menyebabkan kekalahan Tentara Salib.
KESIMPULAN
Perang Salib adalah usaha bangsa Kristen
Eropa untuk membebaskan Timur Tengah dari cengkraman Islam. Para Tentara Salib
adalah orang-orang saleh yang rela menanggung derita perang demi tujuan mulia.
Meski kenyataannya Perang Salib tidak sukses besar, ini tidak bearti Tuhan
meninggalkan Gereja Katolik. Tuhan dapat membawa kebaikan dari sesuatu yang
nampaknya tidak baik. Perang Salib bukanlah kesalahan sejarah. Perang Salib
adalah peristiwa Abad Pertengahan sehingga analisis mengenainya harus
menggunakan kacamata Abad Pertengahan, bukan kacamata zaman modern. Perang
Salib memang harus terjadi. Deus Vult.
Sumber
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Salib
Izin copas yaa :)
BalasHapusbegitu lah ajaran Kasih....
BalasHapusjadi tahu awal mulanya makasih yah
BalasHapusElever Agency